Penelitian ini menganalisis strategi nation branding Singapura melalui kasus eksklusivitas penyelenggaraan konser Taylor Swift “The Eras tour” di Asia Tenggara. Dalam era globalisasi, nation branding menjadi alat penting bagi negara untuk membangun citra dan meningkatkan daya saing di tingkat regional maupun global. Singapura merupakan negara yang aktif memanfaatkan acara hiburan berskala internasional sebagai bagian dari strategi membangun citra nasionalnya. Kasus ini dipilih sebagai representasi praktik nation branding yang memanfaatkan budaya populer sebagai alat untuk mempromosikan citra negara. Berlandaskan pada teori Nation Brand hexagon dari Simon Anholt, penelitian ini menilai bagaimana enam dimensi utama Pariwisata, Merek, Kebijakan, Budaya, Investasi, dan Masyarakat dimanfaatkan dalam membangun citra Singapura. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara terstruktur dan studi literatur, penelitian ini menemukan bahwa eksklusivitas konser ini berhasil menarik wisatawan internasional (Pariwisata), memperkuat eksposur bisnis lokal (Merek), dan mencerminkan kebijakan pemerintah yang strategis serta efisien (Kebijakan). Budaya terbuka dan dinamis yang ditampilkan melalui acara ini memperkuat identitas kosmopolitan Singapura (Budaya), sementara keberhasilan penyelenggaraan acara menarik perhatian pada potensi sektor hiburan dan investasi. Selain itu, pengalaman positif penonton turut membentuk citra masyarakat Singapura yang multikultural (Masyarakat). Namun, strategi ini juga menimbulkan kritik terkait ketimpangan regional dan eksklusivitas hiburan global. Penelitian ini menunjukkan bahwa eksklusivitas acara internasional dapat menjadi alat nation branding yang efektif, namun tetap perlu dipertimbangkan dampaknya terhadap persepsi kawasan dan nilai kolaborasi antarnegara di Asia Tenggara.
KataKunci: Nation branding, Singapura, Konser Taylor Swift, Eksklusivitas, Asia Tenggara