Kebutuhan air bersih dan air minum di DKI Jakarta terus meningkat seiring berjalannya waktu. Namun, peningkatan kebutuhan ini tidak diimbangi dengan kecukupan pasokan air dan sarana pengolahan air yang memadai. Pernyataan tersebut didukung dengan data dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta 2020 tentang Distribusi Persentase Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Provinsi DKI Jakarta, 2019 yang menyatakan bahwa rumah tangga yang mengandalkan air kemasan sebagai sumber utama berkisar antara 73% hingga 89%. Kampanye “#JagaAirKita” yang dilaksanakan oleh Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta melalui akun Instagram @sobatair.jkt. Kampanye ini berfokus pada upaya membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas air di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan mengacu pada teori retorika Aristoteles, yang menyoroti tiga elemen utama dalam komunikasi persuasif: ethos (kredibilitas), pathos (emosi), dan logos (logika). Ethos dikaji melalui kredibilitas Dinas Sumber Daya Air sebagai sumber informasi, pathos dianalisis melalui upaya kampanye dalam membangkitkan emosi publik terkait isu air, dan logos dilihat dari penyampaian informasi yang logis dan berbasis data dalam kampanye ini. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan kerangka 10 tahapan kampanye menurut Anne Gregory, yang meliputi mulai dari analisis situasi, perencanaan, hingga evaluasi kampanye. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kampanye “#JagaAirKita” berhasil menarik perhatian publik melalui penggunaan konten visual yang menarik dan pesan yang emosional, namun masih terdapat beberapa area yang perlu diperbaiki, terutama dalam hal keterlibatan publik dan pengukuran dampak kampanye.

Kampanye, air bersih, retorika, instagram, konten visual.