Penyakit Demam Berdarah di Kelurahan Srengseng Sawah berada di urutan ke-12 dalam daftar seluruh kelurahan di Jakarta Selatan, menunjukkan tingkat prevalensi yang signifikan di kawasan ini. Berdasarkan data pra-research, ditemukan bahwa masyarakat Srengseng Sawah masih memiliki kesadaran yang rendah mengenai pentingnya kebersihan lingkungan serta kurang memahami cara efektif untuk mencegah timbulnya jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah. Kekurangan pengetahuan ini berpotensi meningkatkan risiko penyebaran penyakit di komunitas tersebut. Untuk mengatasi tantangan ini dan meningkatkan kesadaran masyarakat, kampanye "Bebas Jentik" diimplementasikan dengan menggunakan metode Nine Steps Strategy for Public Relations yang dikembangkan oleh Ronald D. Smith. Kampanye ini dirancang untuk menyebarluaskan informasi dan edukasi secara efektif melalui berbagai aktivitas, termasuk penyelenggaraan acara utama yang ditujukan untuk mengedukasi masyarakat secara langsung, serta pemanfaatan media sosial Instagram dan platform media sosial lainnya untuk menyebarkan pesan-pesan penting terkait pencegahan Demam Berdarah. Setelah kampanye “Bebas Jentik” selesai, perlu ada program lanjutan untuk mempertahankan kesadaran masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah. Rekomendasi program lanjutan dengan mengajak kerja sama dengan pihak ketiga di bidang kesehatan seperti puskesmas untuk sosialisasi edukasi, melanjutkan sosialisasi ke daerah dengan risiko tinggi seperti Jakarta Selatan serta kota - kota besar di Indonesia memproduksi lebih banyak konten edukasi berupa video digital yang disebarkan melalui Instagram “Bebas Jentik” dan rutin mengadakan pertemuan komunitas serta kerja bakti di Kelurahan Srengseng Sawah untuk mempererat ikatan warga.


Demam Berdarah Dengue, Kampanye Public Relations, Nine Steps of Strategic Planning for Public Relation, Srengseng Sawah, Komunitas Jumantik, Karang Taruna Srengseng Sawah, Ibu-ibu PKK, Kampanye, Sosialisasi, Lingkungan, Kesehatan, Sosial Media