Keselamatan kerja di Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam upaya melindungi kesehatan fisik dan mental pekerja, terutama dalam konteks lingkungan kerja yang berisiko tinggi seperti pelabuhan. Meskipun Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bertujuan menciptakan kondisi kerja yang aman dan efisien, data klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan, menyoroti urgensi penerapan kebijakan K3 yang lebih efektif. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana komunikasi organisasi berperan dalam memperkuat keselamatan kerja di Terminal Petikemas Koja, sebuah lokasi dengan risiko kecelakaan tinggi akibat aktivitas bongkar muat. Fokus utama penelitian adalah efektivitas komunikasi vertikal, horizontal, dan diagonal dalam menyebarluaskan informasi keselamatan dan mengelola kebijakan K3. Temuan menunjukkan bahwa komunikasi vertikal, seperti instruksi keselamatan dari manajemen dan pelaporan dari staf lapangan, serta komunikasi horizontal antar supervisor, sangat penting untuk memastikan konsistensi dalam penerapan kebijakan keselamatan. Selain itu, komunikasi diagonal yang memungkinkan pelaporan cepat insiden juga berkontribusi pada pengelolaan risiko yang lebih baik. Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi, disarankan pelatihan rutin dan fasilitasi umpan balik konstruktif, guna memperkuat budaya keselamatan, meminimalkan kecelakaan, dan meningkatkan produktivitas di lingkungan kerja.

Kata Kunci: Organizational Communication, Workplace Safety, Safety Culture