Lemahnya literasi dan penggunaan teknologi menciptakan sebuah kemunduran pendidikan di Indonesia, terutama pada daerah-daerah yang kurang tersorot oleh pemerintah. Hingga untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menemukan sebuah solusi dengan menciptakan kurikulum baru, yakni kurikulum merdeka. Penerapannya yang masih belum bersifat wajib menyebabkan kurangnya minat dari instansi pendidikan, salah satunya di Kabupaten Probolinggo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi sosialisasi yang digunakan oleh pemerintah dalam menarik minat dan meningkatkan jumlah pendaftar kurikulum merdeka. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi hambatan internal yang secara tidak langsung mempengaruhi keefektivitasan sosialisasi dan jumlah pendaftar kurikulum merdeka di Kabupaten Probolinggo. Namun, pada akhirnya ditemukan sebuah solusi dan jumlah pendaftar kurikulum merdeka di Kabupaten Probolinggo mengalami peningkatan.

Kata Kunci: Komunikasi, two way asymmetric communication, kurikulum, kurikulum merdeka