Perkembangan teknologi dan media sosial yang semakin pesat tentu membawa banyak pengaruh bagi pengembangan karakter dan pola pikir generasi muda, khususnya gen Z. Dibandingkan generasi sebelumnya, Gen Z cenderung lebih gampang stres atas banyak hal dalam kehidupan sosialnya, terutama mengenai prospek karier (dalam Annur, 2022). Mereka memiliki kekhawatiran akan kemampuan mereka dalam mencapai suatu kesuksesan karena adanya rasa cemas yang berlebihan, kurangnya motivasi, dan kurangnya rasa percaya diri (dalam Sakitri, 2021). Survei yang dilakukan pembuat karya membuktikan bahwa 77,4% gen Z mengalami kekhawatiran dan ketakutan tersendiri dalam mengambil langkah mewujudkan mimpinya. Padahal mimpi merupakan hal penting yang perlu dimiliki individu sebagai kunci untuk menentukan masa depan. Fenomena yang terjadi ini tentu akan sangat mempengaruhi proses pengembangan diri gen Z yang sedang berada dalam fase transisi pencarian jati diri, potensi, dan tujuan hidup. Melihat hal tersebut setidaknya generasi Z perlu memiliki Self-Compassion (mengasihi diri sendiri) dan Grit (kegigihan) (Septania & Proborini, 2020). Seseorang yang memiliki self-compassion akan mampu menghadapi kegagalan dan berusaha menghadapi tantangan baru. Sementara dengan Grit, seseorang akan memiliki daya juang tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, pembuat karya merasa perlu membuat sebuah film pendek berjudul “Langit” dengan mengacu pada teori Mise-En-Scène sebagai media untuk menyampaikan pesan tersebut. Pembuat karya dapat melihat bahwa tujuan dan pesan dari film pendek ini tersampaikan dengan baik melalui hasil respon dari para penonton yang menyaksikan melalui platform Youtube.

Kata kunci: Gen Z, Mimpi, Self-Compassion, Grit, Film Pendek