Fenomena Korean Wave memberikan dampak besar terhadap masyarakat termasuk salah satunya ialah munculnya para penggemar budaya musik Korea Selatan yang disebut dengan K-Pop. Twitter sendiri tercatat sebagai platform media sosial yang menghasilkan perbincangan topik K-Pop terbanyak. Hal ini menyebabkan terbentuknya berbagai jenis fan base antar penggemar K-Pop di Twitter di mana mereka dapat saling menyebarkan informasi terkait idola favorit mereka satu sama lain. Namun sekarang ini, para penggemar K-Pop tersebut tidak hanya memanfaatkan Twitter untuk menyebarkan informasi terbaru mengenai idola favorit mereka tetapi juga sebagai platform untuk membentuk gerakan sosial dan kesadaran akan kesehatan mental seperti yang dilakukan oleh fan base BTS ARMY Help Center Indonesia sebagai salah satu komunitas penggemar grup BTS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana sebaran inovasi oleh ARMY dalam membentuk budaya organisasi fan base. Dengan metode penelitian kualitatif interpretif pada teori difusi inovasi oleh Rogers M. Everett melalui 5 tahap pengadopsi inovasi di antaranya tahap pengetahuan, tahap persuasi, tahap keputusan, tahap implementasi, dan tahap konfirmasi, maka hasil penelitian yang didapat ialah fan base BTS ARMY Help Center Indonesia menyebarkan konten terkait kesehatan mental di Twitter dan sering kali bekerja sama dengan para professional untuk menyuarakan pesan dan gerakan sosial. Tingkat adopsi juga dapat dipengaruhi oleh para ARMY yang merasa terikat satu sama lain. Keterikatan tersebut membuat ARMY yang tadinya merupakan potential adopter dapat berperan sebagai agen perubahan yang turut menyebarkan pesan inovasi BTS AHC Indonesia kepada masyarakat secara lebih luas atau di luar fan base itu sendiri.

Kata kunci: Difusi inovasi, Boyband BTS, Gerakan sosial, Kesadaran kesehatan mental, Media baru