PT. Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) mengalami situasi krisis terkait dengan adanya penolakan yang dilakukan masyarakat terhadap implementasi proses crew change BUMA dimasa pandemic COVID-19 setelah adanya kasus positif COVID-19 yang dialami oleh karyawan BUMA di area Kab.Berau, Kalimantan Timur. Adanya penolakan ini menghasilkan pemberitaan negatif diberbagai media lokal. Crisis Management Team BUMA menjadi tim yang berperan dalam menangani kasus krisis ini dan berupaya untuk menjaga dan mempertahankan reputasi positif yang telah dibangun oleh BUMA melalui penerapan tindakan manajemen krisis dan strategi komunikasi krisis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tahapan pembuatan strategi komunikasi krisis yang dilakukan BUMA, lalu apa strategi respon krisis yang dijalankan BUMA dalam menangani kasus ini serta bagaimana dampaknya terhadap respon dari para stakeholders yang berkaitan dimana penelitian ini diperdalam dengan menggunakan Situational Crisis Communication Theory. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam serta mengumpulkan dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi krisis yang dijalankan oleh Crisis Management Team BUMA berhasil mengatasi krisis yang terjadi. Tahapan dalam menjalankan strategi komunikasi krisis dilakukan dengan 4 tahap, yaitu fact finding, planning, Communicationg dan evaluating. Strategi respon krisis yang digunakan oleh Crisis Management Team BUMA dalam kasus ini adalah strategi diminish, rebuild dan juga bolstering untuk mengurangi dampak negatif dari peristiwa krisis dan untuk menjaga reputasi BUMA dimata publik. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penanganan krisis terjadi karena ketepatan dalam menentukan respon krisis, proses komunikasi kerja sama dengan para stakeholder dan elemen dari Situational Crisis Communication Theory (SCCT) masih relevan untuk digunakan dalam penanganan krisis.