Pandemi Covid-19 membuat masyarakat di negara maupun wilayah terdampak harus beraktivitas dari rumah. Hal ini menimbulkan banyak pekerjaan yang terhambat, juga teknik promosi yang merupakan salah satu elemen dari komunikasi pemasaran. Salah satu yang terdampak adalah industri perfilman yang mengharuskan pemberhentian produksinya. Dengan kondisi tersebut, The Little Giantz Bersama Visinema Pictures dengan berani mengambil langkah besar dengan merilis Film Nussa pada PPKM Level 2 yang mana belum semua tempat dibuka secara bebas, dan anak-anak belum diperbolehkan untuk mengunjungi mal maupun bioskop. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk memahamistrategi komunikasi pemasaran yang tepat untuk sebuah film animasi berdasarkan Integrated Marketing Communication (IMC)dan adaptasi yang dilakukan selama berlangsungnya pandemi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif melalui proses penelitian, analisis media sosial, dan wawancara mendalam dengan tim Marketing and Communication The Little Giantz. Hasil dari penelitian ini menunjukkan teknik promosi yang dilakukan oleh The Little Giantz menggunakan pesan komunikasi yang terintegrasi menggunakan berbagai media komunikasi menjadi daya tarik masyarakat untuk menonton Film Nussa di bioskop secara langsunguntuk pertama kalinya setelah dinyatakannya PPKM Level 2 oleh pemerintah. Namun ditemukan dalam penelitian ini masih kurangnya persiapan dalam memasarkan kampanyenya dengan Kitabisa.Implikasi dari penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi dan masukan untuk rumah produksi film lainnya, terutama pemula di industri perfilman, untuk memahami bagaimana menggunakan metode IMC untuk mencapai kesuksesan projekagar dapat terus bertahan di pasar sebagai salah satu industri yang berpengaruh untuk perekonomian di Indonesia.

Kata kunci:Film Nussa, Komunikasi Pemasaran Terintegrasi, Komunikasi Pemasaran, Animasi Perfilman