Pandemi COVID-19 telah mengubah kebiasaan masyarakat, termasuk dalam mengakses fasilitas kesehatan. Meskipun fasilitas kesehatan tetap beroperasi 24 jam, keterbatasan akses membuat pasien sulit untuk berkunjung langsung dan mendorong berkembangnya layanan konsultasi online. Penelitian ini menggunakan pendekatan post positivism untuk mengidentifikasi bagaimana kondisi pandemi COVID-19 dan komunikasi dokter-pasien mempengaruhi preferensi pasien lansia dalam memilih metode konsultasi. Teori yang digunakan meliputi teori komunikasi kesehatan dengan Health Belief Model (HBM) dan Computer-Mediated Communication. Melalui metode kualitatif dan wawancara mendalam dengan lima pasien lansia yang menggunakan layanan konsultasi online di Klinik BiMC periode tahun 2022 dan tiga informan ahli, ditemukan bahwa pasien lansia menyadari risiko tinggi mereka terhadap COVID-19 dan kebutuhan pengobatan rutin. Namun kesadaran ini tidak sepenuhnya mempengaruhi Keputusan mereka untuk memilih konsultasi online. Faktor utama yang mempengaruhi adalah kualitas interaksi pasien-dokter, durasi waktu konsultasi dan jenis keluhan pasien sementara faktor Health Belief Model yang berpengaruh adalah faktor barrier, self efficacy, serta ketergantungan pada fasilitas kesehatan dan dokter tertentu. Meskipun pandemi memaksa penggunaan layanan online, pasien lansia tetap lebih memilih konsultasi langsung yang dipengaruhi oleh faktor usia, pengalaman kesehatan sebelumnya, dukungan sosial dan keterbatasan fisik. Keberhasilan konsultasi online sangat bergantung pada kemampuan dokter untuk menunjukkan empati, dukungan fasyankes dan dukungan melalui media yang digunakan.

Komunikasi dokter-pasien, Pasien Usia Lanjut, Pandemi COVID-19, Konsultasi online, Health Belief Model, Computer-Mediated Communication