Peningkatan jumlah rumah sakit di Indonesia menciptakan persaingan yang ketat dalam industri kesehatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh fenomena yang terjadi di industri kesehatan, salah satunya adalah penyederhanaan dalam memperoleh izin untuk membangun rumah sakit sejak beberapa tahun lalu. Selain itu, fenomena transformasi rumah sakit umum daerah (RSUD) menjadi sebuah badan layanan umum daerah (BLUD) juga telah membuat rumah sakit umum daerah menjadi lebih efektif dalam pelayanan kesehatan dengan mengatur fleksibilitas keuangannya. Fenomena-fenomena inilah yang membuat rumah sakit bukan hanya berusaha meningkatkan kinerja pelayanan kesehatannya, namun juga bersaing dengan fasilitas kesehatan yang lain dalam strategi inovasi untuk mendapatkan pasien. Pada era globalisasi, public relations dibutuhkan oleh seluruh organisasi, termasuk rumah sakit. Perkembangan zaman menuntut organisasi atau lembaga untuk mengupayakan segala cara agar dikenal secara luas juga mendapatkan sebuah citra yang positif. Hal inilah yang dikerjakan oleh divisi kehumasan atau public relations di sebuah organisasi. Disaat, seluruh rumah sakit berlomba-lomba mendapatkan citra yang baik, RSUD Dr. M. Haulussy, rumah sakit dengan tipe B yang berlokasi di Ambon dilanda krisis terhadap citra rumah sakit, ditandai dengan adanya pemberitaan negatif di media regional maupun nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran public relations RSUD Dr. M. Haulussy dalam proses mengatasi krisis public relations yang terjadi pasca pemberitaan negatif dengan menggunakan Situational Crisis Communication Theory dalam manajemen krisis.

Kata kunci: Manajemen Krisis, Public Relations, RSUD, Situational Crisis Communication Theory, Pemberitaan Negatif