Kerjasama pemerintah antar dua negara yang dapat membantu menurunkan angka pengangguran yang tinngi sekaligus memberikan kesempatan masyarakat untuk menambah wawasan dalam bidang budaya yang menguntungkan masyarakat. Hal itu kemudian mendorong banyak masyarakat Indonesia untuk mencoba bekerja sekaligus mendapatkan pengalaman di Australia. Banyak pekerja Indonesia mengikuti Work Holiday Visa Australia yang merupakan bentuk dari kerjasama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Australia. Namun karena adanya perbedaan budaya dan sistem bekerja yang drastis membuat para pekerja dari Indonesia mengalami culture shock. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan bentuk culture shock apa saja yang dialami, kemudian bagaimana tahap-tahap terjadinya culture shock pada para pekerja dari Indonesia, dan sekaligus memahami bagaimana proses mereka mengatasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis deskriptif. Seluruh informasi dalam penelitian ini didapatkan oleh peneliti melalui wawancara dengan tiga narasumber yang merupakan pekerja dari Indonesia yang mengikuti program Work holiday Visa Australia Batch I dan seorang pakar ahli dalam bidang komunikasi antar budaya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketiga narasumber mengalami empat fase dalam culture shock. Selain itu mereka juga mengalami perbedaan enam dimensi budaya dari teori Enam Dimensi Budaya Hofstede. Bentuk culture shock yang dirasakan oleh para narasumber yaitu: perbedaan sistem dan kebiasaan di lingkungan bekerja, perbedaan logat berbahasa, minimnya panduan dan pelatihan di lingkungan bekerja, dan makanan.

Kata kunci: Komunikasi antarbudaya, Pekerja Indonesia, Work Holiday Visa, culture shock, perbedaan budaya, Enam Dimensi Budaya Hofstede.