Bagi seorang musisi, citra merupakan salah satu komponen krusial yang memperbolehkan publik untuk mengetahui keberadaan mereka selain dari musiknya. Idealnya citra itu sendiri dibangun sesuai dengan gambaran musisinya, sehingga jika ada suatu perubahan yang signifikan dari musisi tersebut citra pun ikut berubah. Salah satu perubahan yang dapat terjadi adalah perubahan dalam format, seperti perubahan dari status musisi dalam suatu grup menjadi solois. Hal tersebut serupa dengan perubahan yang dialami oleh Mikha Angelo ketika dirinya memutuskan untuk tampil sebagai seorang solois di bawah naungan label indie pendatang baru Wonderland Records. Di tengah pandemi COVID-19 tahun 2020, mereka melaksanakan serangkaian strategi komunikasi pemasaran dalam kampanye bernama Amateur untuk mempromosikan album solo Mikha dan membangun citranya sebagai seorang solois. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Wonderland Records menggunakan elemen bauran komunikasi pemasaran oleh Kotler dan Keller yang mencakup periklanan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, humas dan publisitas, pemasaran daring dan media sosial, pemasaran seluler, pemasaran langsung dan basis data, serta penjualan personal dalam konsep IMC, untuk menghasilkan tiga faktor pembentuk citra oleh Keller yaitu kekuatan, keunggulan, dan keunikan asosiasi merek. Metodologi penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yang didapatkan dari wawancara semi-terstruktur, data internal, dan eksternal, kemudian diperiksa keterpercayaannya menggunakan triangulasi sumber dan di analisis dengan model Miles dan Huberman. Hasilnya penelitian ini menunjukkan bahwa Wonderland Records menggunakan seluruh elemen bauran komunikasi pemasaran kecuali promosi penjualan dan membangun citra Mikha Angelo sebagai solois dengan menghasilkan tiga faktor pembentuk citra.