Hilangnya kemerdekaan warga binaan dalam menjalani masa tahanan di Lapas, menjadikan warga binaan membutuhkan seseorang yang dapat menjadi pembimbing dan pelita di tengah kehidupan dalam Lapas. Sesuai dengan tugas seorang penyuluh yaitu sebagai pelita di tengah-tengah masyarakat, penyuluh memiliki tugas untuk melakukan bimbingan penyuluhan dalam rumah-rumah penjara. Bimbingan dan penyuluhan tersebut salah satunya dengan mengadakan konsultasi perorangan kepada warga binaan. Keterampilan dan kualitas komunikasi interpersonal menjadi sangat penting dalam membina hubungan dengan warga binaan. Melihat pentingnya komunikasi interpersonal tersebut maka tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis komunikasi interpersonal penyuluh Agama Kristen Kementerian Agama Jakarta Timur kepada warga binaan dala Lapas Kelas 1 Cipinang melalui sesi konsultasi perorangan dan untuk mengetahui keunggulan serta hambatan proses komunikasi interpersonal yang dilakukan penyuluh agama kepada warga binaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi interpersonal DeVito melalui lima kualitas umum dari pendekatan humanistis yang meliputi Keterbukaan (Openness), Empati (Empathy), Sikap Positif (Positiveness), Sikap Mendukung (Supportiveness), dan Kesetaraan (Equality). Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Temuan dalam penelitian ini yaitu penyuluh agama Kristen Kementerian Agama Jakarta Timur telah menerapkan lima kualitas umum komunikasi interpersonal dengan baik dalam sesi konsultasinya kepada warga binaan dalam Lapas, sehingga tidak ditemukan adanya hambatan dalam implementasi komunikasi interpersona. Hanya terdapat hambatan yang bersifat umum dan teknis yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap proses komunikasi interpersonal.
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Penyuluh Agama, Warga Binaan